LUWU – Bonua Lemo gelar festival Budaya yang mengusung tema “Masyarakat Beradab: Sipakalabbiri, Sipakatau, Sipakatuo”, Festival Budaya Masyarakat Adat Banua Lemo Part IV resmi dibuka di Lapangan Benteng Datu, Desa Bone Lemo, Kecamatan Bajo Barat, (17/9/25).
Festival yang berlangsung hingga mulai tanggal 17- 21 September 2025 ini menjadi panggung kolaboratif bagi masyarakat adat dari empat desa Bone Lemo, Bone Lemo Utara, Bone Lemo Barat, dan Saronda untuk merayakan serta melestarikan warisan budaya lokal.
Pembukaan kegiatan dilakukan secara langsung oleh Camat Bajo Barat, Imran Salam, M.M., jajaran Muspika, Ketua Aman Tana Luwu, kepala desa, tokoh adat, tomakaka serta masyarakat dari seluruh pelosok Banua Bajo dan Bajo Barat.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia, Megawati, S.Pd, menjelaskan bahwa festival ini dirancang untuk menjadi sarana mengenalkan kearifan lokal kepada generasi muda serta membangkitkan semangat pelestarian budaya di tengah derasnya arus modernisasi.
“Kami ingin budaya Banua Lemo tidak hanya dikenang, tapi juga dihidupi oleh generasi muda. Festival ini menjadi ruang edukasi, rekreasi, dan ekspresi budaya bagi semua kalangan,” ujar Mega.
Sementara itu, Kepala Desa Bone Lemo Utara, Jamaluddin, S.H., M.H, menyampaikan harapannya agar festival ini mampu menjadi pengingat pentingnya menjaga adat istiadat dan adab dalam kehidupan bermasyarakat.
“Adat dan adab adalah fondasi. Ketika keduanya mulai luntur, maka kita harus hadirkan kembali melalui kegiatan seperti ini,” ungkap Jamal.
Senada dengan itu, Kepala Sekolah Budaya Banua Lemo, Baso, S.H., menyampaikan bahwa kegiatan ini juga menjadi momen penting untuk membumikan kembali sejarah, nilai-nilai leluhur, serta memberi ruang bagi anak muda untuk turut terlibat secara aktif dalam kehidupan budaya.
“Anak muda perlu tahu sejarahnya, budayanya, dan bangga akan identitasnya. Lewat festival ini, kami memberi mereka panggung untuk berkarya dan belajar,” ujarnya.
Festival Budaya Banua Lemo Part IV menampilkan beragam kegiatan, mulai dari pertunjukan seni tradisional, pameran kerajinan lokal, lomba permainan rakyat, hingga diskusi sejarah adat. Semua kegiatan ini melibatkan peran aktif masyarakat dari berbagai kalangan.
Antusiasme masyarakat tampak semarak, ratusan warga memadati Lapangan Benteng Datu untuk menyaksikan prosesi pembukaan, pertunjukan tari adat, hingga atraksi budaya khas Banua Lemo.
Festival ini menjadi bukti bahwa masyarakat Bajo Barat memiliki semangat yang kuat untuk terus menjaga, merawat, dan mempromosikan warisan budaya kepada dunia luar, dimulai dari langkah-langkah sederhana namun penuh makna di tingkat lokal.