Opini - Ormas Islam dalam Sejarah Perjuangan Pra-Kemerdekaan*
Ormas Islam telah memainkan peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Misalnya, Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada tahun 1905, kemudian berkembang menjadi Sarekat Islam (SI) pada 1912. Organisasi ini membantu masyarakat pribumi melawan dominasi perdagangan Tionghoa, khususnya dalam perdagangan batik. Di bawah kepemimpinan H.O.S. Tjokroaminoto, SI berkembang menjadi organisasi politik yang memperjuangkan nasionalisme dan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.
Islam dipandang sebagai kekuatan spiritual yang mampu menggugah semangat perlawanan dan perubahan. Nilai-nilai keadilan sosial yang terkandung dalam ajaran Islam menjadi fondasi kuat dalam perjuangan ormas Islam pada masa itu.
*Realitas Ormas Islam Nasional Masa Kini*
Sayangnya, semangat pembelaan terhadap kaum mustadh’afin yang dulu sangat menonjol kini mulai meredup. Dalam era modern dengan segala kompleksitasnya—dari pembangunan ekonomi, pluralitas agama, hingga kompetisi internal antar-ormas—fokus terhadap kaum tertindas semakin terpinggirkan.
Alih-alih mengangkat isu-isu struktural seperti korupsi bantuan sosial, dominasi kapital, atau perampasan tanah oleh pemodal, banyak ormas justru lebih sering menyuarakan isu-isu sektoral seperti larangan sound system atau fatwa halal-haram yang terlepas dari konteks sosial-politik. Sementara itu, kaum buruh, petani, pemulung, dan asisten rumah tangga masih bergelut dengan realitas hidup yang sulit, tanpa pendampingan struktural dari ormas-ormas besar.
*Islam dan Misi Pembebasan Kaum Mustadh’afin*
Islam adalah agama yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh makhluk (rahmatan lil ‘alamin). Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW tidak hanya menyebarkan ajaran tauhid, tetapi juga melakukan transformasi sosial dengan membela budak, orang miskin, dan kelompok yang tertindas oleh sistem monopoli Quraisy.
Penolakan kaum Quraisy terhadap ajaran Nabi Muhammad tidak disebabkan oleh doktrin keesaan Tuhan semata, melainkan oleh ancaman terhadap sistem monopoli dan akumulasi kekayaan mereka. Sistem zakat, sebagai contoh, menjadi instrumen sosial untuk menyalurkan kekayaan dari kelas atas kepada kaum miskin.
*Menghidupkan Kembali Gerakan Islam Pembela Kaum Lemah*
Nilai-nilai Islam sangat relevan untuk dijadikan dasar gerakan sosial, seperti menjaga nyawa, harta, keturunan, akal, dan agama. Prinsip-prinsip ini mendorong penghargaan terhadap hak asasi manusia, keadilan ekonomi, dan pemerataan akses terhadap pendidikan dan kesehatan.
Islam tidak semata-mata mengajarkan kesabaran dalam menghadapi kemiskinan, tetapi justru menyerukan pembebasan dari segala bentuk penindasan dan eksploitasi. Ormas Islam perlu kembali mengambil peran sebagai aktor pembebasan sosial sebagaimana dalam sejarah perjuangan bangsa.
*Rekomendasi Tindakan Strategis*
Penguatan Dakwah Kritis: Tema khutbah dan pengajian sebaiknya diarahkan pada pembahasan sistem ekonomi yang menindas, bahaya riba, serta pentingnya keadilan sosial dalam Islam.
Pengawasan Anggaran dan Bantuan Sosial: Ormas harus membentuk unit di daerah untuk mengawasi distribusi dana publik dan melakukan advokasi hukum terhadap penyimpangan.
Pengkaderan Intelektual Kritis: Membuka kurikulum kritis dalam sekolah-sekolah binaan ormas seperti sejarah, logika, filsafat, dan analisis sosial untuk membekali kader dalam menghadapi isu-isu aktual.
Kampanye Melalui Media Sosial: Gunakan media sosial sebagai alat penyebaran informasi, penggalangan simpati publik, dan pengawasan kolektif terhadap isu ketimpangan sosial.