Baru-baru ini, tepatnya awal bulan Juli 2025 publik kembali dihebohkan dengan video viral unggahan akun Tiktok Paris Saint German (PSG) yang mempertontonkan selebrasi pemainnya menirukan gerakan seorang anak yang berada di haluan perahu.
Sebelumnya ditahun 2023, tradisi pacu jalur juga sempat booming dan mendapatkan perhatian publik. Salah satu video viral pada saat itu dengan musik latar "Biser King Dom Dom Yes Yes" yang dipopulerkan penyanyi asal Turki, Biser King beredar di media sosial.
Pacu Jalur yang viral tersebut diketahui merupakan salah acara yang digelar tiap tahun di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.
Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Riau, Haji Roni Rakhmat mengatakan pacu jalur sendiri adalah bagian dari tradisi dan sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya tersebut, pemerintah Indonesia mendukung Festival Pacu Jalur diadakan setiap tahun di Kuantan Singingi.
Menanggapi aksi anak pacu di haluan yang viral di media sosial, menurut Haji Roni ini sebagai bukti kearifan lokal memiliki daya tarik universal dan mampu bersaing di panggung global.
"Fenomena ini juga menjadi momentum emas untuk semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke Riau dan Kuantan Singingi, sekaligus menumbuhkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budayanya sendiri," tutur Haji Roni dikutip dari Media Center.
Tahun lalu lomba yang digelar pada bulan Agustus itu diikuti sebanyak 225 jalur atau perahu dalam bahasa lokal. Sementara tahun ini lomba yang termasuk dalam Karisma Event Nusantara itu rencananya akan digelar pada 20-25 Agustus 2025 mendatang.
Dilansir dari laman kotajalur.kuansing.go.id, sejarah pacu jalur berawal dari abad ke-17, di mana jalur merupakan alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti, Kecamatan Cerenti di hilir.
Kala itu memang belum berkembang transportasi darat. Akibatnya jalur itu benar-benar digunakan sebagai alat angkut penting bagi warga desa, terutama digunakan sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40-60 orang.
Selanjutnya berdasarkan kreativitas masyarakat muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya, ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri).
Seratus tahun kemudian keberadaan jalur semakin menarik. Warga setempat pun menggelar lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur. Awalnya perlombaan ini digelar untuk memperingati hari besar Islam.
Di masa penjajahan Belanda lomba ini untuk untuk merayakan ulang tahun Ratu Belanda Wilhelmina pada 31 Agustus. Sejak kemerdekaan Indonesia, menjadi bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan.
Kini, pacu jalur dikenal luas hingga mancanegara. Salah satu akun melalui video viral pekan lalu menanggapi, “Auranya sampai ke Paris," urai akun tersebut, pada Rabu (2/72025).