JAKARTA — Harga emas global mengalami penurunan tajam hingga menyentuh level terendah dalam tiga pekan pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta), (29/10/25).
Penurunan ini dipicu oleh berkurangnya kekhawatiran terkait ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven).
Mengutip data CNBC, harga emas di pasar spot melemah 0,70% menjadi USD 3.952,87 per ons, setelah sempat menyentuh posisi terendah sejak 6 Oktober 2025. Sementara itu, harga emas berjangka AS turun 0,9% dan ditutup pada level USD 3.983,10 per ons.
Meski demikian, secara keseluruhan harga emas masih mencatatkan kenaikan lebih dari 51% sepanjang tahun 2025, didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan ekspektasi pemotongan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).
“Ketegangan perdagangan AS–Tiongkok telah benar-benar mereda, dengan kemungkinan tercapainya kesepakatan perdagangan akhir pekan ini setelah pertemuan puncak antara Presiden Xi dan Trump. Hal ini berdampak negatif bagi logam mulia,” ujar Jim Wyckoff, Analis Senior Kitco Metals.
Pada akhir pekan lalu, pejabat ekonomi tinggi dari kedua negara dikabarkan telah menyelesaikan kerangka kerja kesepakatan yang akan ditinjau langsung oleh Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping dalam pertemuan mereka pada Kamis (30/10) mendatang.
Optimisme atas meredanya ketegangan tersebut turut mendorong reli di pasar saham global. Indeks utama Wall Street dibuka pada rekor tertinggi pada perdagangan Selasa, mencerminkan meningkatnya minat risiko di kalangan investor.
Sementara itu, perhatian pasar kini tertuju pada hasil rapat kebijakan moneter The Fed yang berlangsung selama dua hari dan dijadwalkan berakhir pada Rabu (30/10). Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 poin persentase untuk mendukung pertumbuhan ekonomi AS.
Namun, prospek harga emas ke depan masih dipenuhi ketidakpastian. Sejumlah analis memperkirakan harga masih berpotensi naik mendekati rekor tertinggi baru, sementara lainnya menilai pasar berisiko mengalami koreksi teknikal.
Dalam pertemuan tahunan London Bullion Market Association (LBMA), para peserta memperkirakan harga emas dapat mencapai USD 4.980 per ons dalam 12 bulan mendatang. Di sisi lain, Citi dan Capital Economics justru menurunkan proyeksi harga emas mereka pada awal pekan ini.
Bank of America menilai bahwa pasar emas telah berada pada kondisi jenuh beli (overbought), yang berpotensi memicu koreksi lebih lanjut. Bank tersebut memproyeksikan harga emas dapat melemah hingga USD 3.800 per ons pada kuartal IV 2025.
Dengan berbagai faktor yang memengaruhi, pasar emas diperkirakan akan tetap volatile dalam jangka pendek.
Investor disarankan untuk tetap waspada dan memantau arah kebijakan moneter The Fed serta perkembangan hubungan dagang global yang menjadi penentu utama pergerakan harga logam mulia ini.