LUWU — Di bawah terik matahari dan kepulan asap ban bekas yang membumbung di Simpang Empat Kelurahan Sakti, Kecamatan Bua, ratusan warga dan mahasiswa turun ke jalan menuntut keadilan bagi tenaga kerja lokal, (25/10).
Di tengah kerumunan massa, berdiri sosok perempuan yang menjadi pusat perhatian: Umi, Kepala Desa Padangkalua, Kecamatan Bua.
Dengan pengeras suara di tangan dan suara lantang, Umi memimpin langsung aksi demonstrasi yang digelar Aliansi Masyarakat dan Mahasiswa Bua (AMMB).
Aksi tersebut menyoroti dugaan ketidakadilan terhadap tenaga kerja lokal yang merasa terpinggirkan oleh perusahaan pertambangan PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS), anak usaha Kalla Group.
“Hari ini kami terpanggil untuk turun ke jalan meneriakkan hak-hak rakyat yang sudah diabaikan,” tegas Umi di tengah orasi.
Umi menjadi sorotan karena keberaniannya turun langsung ke jalan bersama masyarakat yang ia pimpin. Aksi ini menunjukkan peran aktif seorang kepala desa perempuan yang tidak hanya memimpin dari balik meja, tetapi juga berdiri di barisan terdepan memperjuangkan aspirasi rakyatnya.
Bagi masyarakat Bua, sosok Umi kini dianggap sebagai simbol keberanian dan ketegasan.
“Walaupun panas dan penuh asap, tidak ada alasan untuk diam ketika rakyat saya dirugikan,” ujarnya dengan nada tegas.
Aksi yang berlangsung sejak pagi itu sempat memacetkan arus lalu lintas di sekitar Simpang Empat Bua. Meski demikian, massa tetap tertib dan menegaskan bahwa perjuangan mereka murni demi keadilan bagi tenaga kerja lokal.
Umi menyampaikan, pihaknya berharap perusahaan dapat membuka ruang dialog dengan masyarakat dan memperhatikan tenaga kerja lokal agar tidak tersisih di tanah sendiri.